Heroiknya Pejuang Kalimantan Menenggelamkan Kapal Onrust



Dalam bahasa Indonesia, Onrust memiliki arti selalu sibuk atau tidak pernah istirahat. Nama Onrust digunakan Belanda untuk sebuah pulau kecil di Kepulauan Seribu (sekarang di DKI Jakarta) ketika VOC berhasil menaklukan Batavia. DI pulau ini, Belanda membuat pertahanan diri dengan membangun benteng dan melakukan bongkar muat rempah-rempah sebelum dijual ke Eropa.

Begitu berjasa Onrust, Belanda juga menamakan sebuah kapal perangnya dengan nama Onrust. Kapal hanya ini berukuran sedang. Namun, kapal ini dapat memuat ratusan prajurit beserta logistik dan persenjataan yang ada. Selain itu, kapal ini juga tergolong canggih dan kuat.

Pada Desember 1859 kapal Onrust berangkat menuju Muara Teweh di hulu sungai Barito. Sebelum sampai di Muara Teweh kapal Onrust berhenti di Laluntong Teweh 3 km sebelum sampai ke Muara Teweh. Di sinilah Belanda mengirim utusan Van der Valde kepada Tumenggung Surapati untuk berunding di kapal Onrust.

Tumenggung Surapati setuju datang ke kapal Onrust. Ia naik ke kapal  bersama 15 orang pengiring yang terdiri dari keluarganya dan punakawan. Pasukan Tumenggung Surapati yang lainnya hanya bersiap-siap di samping kapal ini dengan mengendarai perahu-perahu tanpa atap. Van der Valde berupaya menarik simpati Tumenggung Surapati dengan mengajaknya melihat-lihat meriam Belanda dan seisi kapal Onrust. Di kapal ini pula Tumenggung Surapati kembali bertemu dengan Letnan Bangert yang merupakan tamu Tumenggung Surapati pada tahun 1857.

Lalu, Tumenggung Surapati masuk ke kamar beserta 4 orang anak dan menantunya untuk berunding dengan Letnan Bangert dan Haji Thaib di pihak Belanda. Para punakawannya hanya menunggu di atas dek kapal. Dalam perundingan ini, Belanda mencoba mempengaruhi Tumenggung Surapati dengan iming-iming diangkatnya Tumenggung Surapati sebagai pangeran. Untuk memperkuat tawaran tersebut Belanda juga memperlihatkan sebuah surat yang berisi tantang pengangkatan pangeran.  Letnan Bangert dan Haji Thaib merasa optimis jika tawaran mereka akan diterima begitu saja oleh Tumenggung Surapati.

Sikap optimis ini membuat Belanda lalai. Belanda yakin bahwa Tumenggung Surapati mudah untuk dipengaruhi. Untuk itu hampir seluruh pasukan Belanda yang berada di kapal tidak siap sedia dengan senjata mereka.

Tumenggung Surapati yang sudah mempersiapkan taktik kepada anak buahnya tinggal menunggu waktunya untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda. Hingga akhirnya, Ibon putera Tumenggung Surapati yang berada di sisi kapal menghunuskan mandaunya sambil berteriak. Teriakan ini menandai dimulainya penyerangan terhadap Belanda. Para anak buah Tumenggung Surapati mulai naik ke kapal Onrust. Sekitar 400-500 anak buah Tumenggung Surapati sudah berada di atas kapal dalam waktu sekejab.

Karena pertarungan berlangsung gentlemen one on one atau satu lawan satu dalam jarak dekat, Belanda tidak dapat memanfaatkan senjata meriamnya. Para pemimpin perang seperti, Tumenggung Aripati, Tumenggung Mas Anom, dan Tumenggung  Kertapati juga mengamuk di atas kapal untuk mengusir Belanda yang sudah membuat rakyat sengsara. Lewat pertarungannya mandau Ibon berhasil melumpuhkan perlawanan Letnan Bangert dan Tumenggung Surapati berhasil menaklukan Van der Velde.

Sebelum seluruh isi kapal beserta kapalnya ditenggelamkan, pasukan Tumenggung Surapati mengambil senapan, meriam, lila, dan mesiu untuk menambah persenjataan. Pertarungan yang menyita satu jam berakhir dengan ditenggelamkannya kapal Onrust dan membuat Belanda geram ingin membalaskan kekalahannya


Referensi: Barjie B, Ahmad. 2015. “Perang Banjar Barito (1859-1906)”. Banjarbau. Penakita Publisher

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel