Keberanian Indonesia Keluar dari PBB
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dibentuk di Amerika Serikat pada tanggal 24 Oktober 1945. Hingga saat ini PBB sudah merangkul 193 negara di seluruh dunia, baik itu dari Eropa, Asia, Afrika, dan Benua Amerika. Indonesia sendiri resmi menjadi anggota PBB pada tahun 1950. Namun, perlu diketahui bahwa Indonesia pernah dengan tegasnya keluar dari keanggotaan PBB karena permainan politik yang dimainkan PBB tidak sejalan dengan Indonesia.
Soekarno ketika itu dengan tegas menarik diri keanggotaan
Indonesia dari PBB karena ditetapkannya Malaysia sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB. Saat itu, dimarkas PBB Kepala Perutusan tetap Republik
Indonesia untuk PBB menyampaikan pidato Soekarno kepada Sekjen PBB, U Tant. Isi
pidato tersebut ialah.
“Agar para anggota PBB tidak mendukung masuknya
malaysia kedalam PBB; Agar anggota-anggota PBB lebih memilih tetap tinggalnya
Indonesia dalam PBB daripada mendukung masuknya malaysia kedalam Dewan keamanan
PBB; Memperingatkan PBB bahwa Indonesia bersungguh-sungguh akan melaksanakan
Niatnya.”
Namun,
ancaman Soekarno ini tidak digubris oleh PBB. Seminggu setelahnya, Malaysia
diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Menyikapi hal ini,
dalam rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing di Jakarta, Soekarno memutuskan
keluarnya Indonesia dalam keanggotaan PBB sejak 7 januari 1965. Soekarno
memandang langkah Indonesia tersebut bukanlah hal yang dilakukan secara panik
atau dalam keadaan tiba-tiba. Setidaknya ada enam alasan mengapa Indonesia
memutuskan keluar dari PBB.
Pertama, tentang kedudukan PBB di Amerika
Serikat. Ketika itu sedang hangat-hangatnya situasi Perang Dingin antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Malah dalam situasi tersebut PBB menempatkan
markas di Amerika Serikat. Bung Karno mengkritik mengapa markas tersebut tidak
dipindahkan ke negara netral di benua Asia, Afrika atau di negara yang tidak
berada pada blok Amerika Serikat maupun Uni Soviet.
Kedua, lahirnya PBB dimaksudkan untuk
menjaga perdamaian antar bangsa-bangsa seusai berakhirnya Perang Dunia II.
Tapi, dalam aksinya PBB hanya menjadi medan perdebatan yang memperlambat
perdamaian antar negara yang bertikai. Bahkan sampai saat ini PBB belum mampu
mendamaikan konflik antara Palestina yang jelas-jelas terjajah oleh Israel. Bahkan
dalam piagam-piagamnya dan preambule-nya, PBB tidak pernah menyebut kata
kolonialisme. Bangsa-bangsa Afrika dan Asia yang merasakan bertahun-tahun
dijajah oleh kolonialisme Barat seperti tidak dianggap oleh organisasi yang
dimaksud menjaga perdamaian dunia, yaitu PBB
Ketiga, keanggotaan Dewan Keamanan PBB
hanya mencerminkan kekuatan militer, politik, dan ekonomi pada tahun 1945 saat
itu. Mereka seperti mengacuhkan keanggotaan negara-negara berkembang dan baru
merdeka di Asia dan Afrika.
Keempat, sekretariat selalu dipegang oleh
orang Amerika Serikat. Jadi, tidak heran jika keputusan PBB cenderung memihak
sebelah ke negara-negara Barat. Bung Karno tidak dapat mentolerir hal ini
dikarenakan kolonialisme dan imperialisme yang dijunjung oleh negara Barat.
Kebencian Soekarno terhadap imperialisme pernah dilontarkannya dalam sebuah
pidatonya.
Kelima, Bung Karno mengecam PBB yang
menolak keanggotaan Cina. Bagi Bung Karno penolakan PBB terhadap Cina menjadi
bukti bahwa PBB melemahkan kekuatan dan kemampuannya untuk berunding karena
menolak keanggotaan bangsa besar.
Keenam, ketidakadilan pembagian personal
PBB dalam lembaga-lembaganya. Lembaga PBB didominasi ketua yang berasal dari
negara Barat. Bahkan dalam sengketa Indonesia dan Malaysia, plebisist yang
gagal diselenggarakan PBB ini diketuai oleh orang Amerika.
Itulah
mengapa Soekarno dengan langkah berani memutuskan untuk keluar dari PBB.
Keluarnya Indonesia dari PBB memang membuat Indonesia dikucilkan dari pergaulan
Internasional. Namun, ini menjadi bukti bahwa jika bangsa ini diinjak-injak
harga diri serta martabatnya tidak akan segan bertindak walau risiko yang
dihadapinya besar. Dan itulah yang dilakukan Soekarno agar Indonesia tidak
hanya dipandang sebelah mata.
Sumber: djadja.web.id
Comments
Post a Comment