Mereka Sengaja Membiarkan Konflik Palestina dan Israel?
Keikutsertaan Hamas dalam pemilu menjadi bukti bahwa kelompok pejuang ini tidak ingin larut dalam pertumpahan darah dengan tentara Israel. Dalam bukunya, Azzam mengatakan bahwa Hamas hanya menginginkan tegaknya keadilan bagi rakyat Palestina yang dijajah habis-habisan oleh Israel.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Prof. Edwar Said seorang Amerika kelahiran Palestina. Ia mengatakan ketidakadilan yang dilakukan oleh negara Barat dan Amerika pada Perjanjian Oslo 1993.
Konflik antara Palestina dan Israel dapat dikatakan bukan konflik bersenjata antara kedua belah pihak. Sebab, rakyat Palestina yang hampir tidak dilengkapi persenjataan mumpuni harus mempertahankan diri dari tentara-tentara Israel yang disokong persenjataan canggih dari Amerika Serikat.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Prof. Edwar Said seorang Amerika kelahiran Palestina. Ia mengatakan ketidakadilan yang dilakukan oleh negara Barat dan Amerika pada Perjanjian Oslo 1993.
Konflik antara Palestina dan Israel dapat dikatakan bukan konflik bersenjata antara kedua belah pihak. Sebab, rakyat Palestina yang hampir tidak dilengkapi persenjataan mumpuni harus mempertahankan diri dari tentara-tentara Israel yang disokong persenjataan canggih dari Amerika Serikat.
Selain itu, perlawanan rakyat Palestina didasarkan oleh sifat
defensif. Sikap ini dapat dimaklumi karena rakyat Palestina dalam kondisi
terjajah sehingga mau tidak mau melakukan perlawanan. Menurut Azzam, Israel
tidak hanya mnyerang gedung-gedung pemerintahan Palestian tetapi juga menyerang
infrastruktur publik, misalnya sekolah, rumah sakit, dan jembatan.
Konflik Palestina dan Israel dapat dikatakan mirip dengan
Apartheid yang didasarkan oleh ideologi rasis. Konflik ini telah memakan hak-hak
demokrasi dan HAM rakyat Palestina yang selalu digaung-gaung oleh Amerika
Serikat dan sekutunya.
Inilah yang sedang diusahakan oleh Azzam Tamami. Dia berkeinginan
runtuhnya rezim Israel yang telah memakan banyak korban sipil. Sehingga
tercipta suatu hubungan masyarakat yang heterogen diiringi sikap harmonis antar
sesama.
Ketika negara Barat mencoba melakukan pencitraan dengan
memutarbalikkan fakta tentang Israel yang menjadi korban peperangan, Azzam
dengan tegas menolak seluruh pendapat tersebut yang ia tulis pada kolom The Guardian pada Juli 2014 silam.
Konflik ini tidak pantas sebagai perseteruan antara dua
agama, yaitu Islam dan Yahudi. Banyak dari kaum Yahudi sendiri yang mengutuk
keras kejahatan Israel pada rakyat Palestina. Sejatinya konflik ini tidak akan
terjadi jika tidak adanya adu domba yang mengatasnamakan agama. Adu domba ini dilakukan
oleh para ‘perampok global’ yang diuntungkan dengan adanya perang ini.
Bangsa
Arab dan Bangsa Israel yang merupakan saudara dekat dibuat benci satu sama lain
yang meluas ke konflik agama Islam dan Yahudi. Hal sama juga mereka lakukan
dengan pada negara serumpun Indonesia dan Malaysia. Dua negara serumpun yang mempunyai
potensi luar biasa untuk mengalahkan para ‘perampok global’ malah dibuat sibuk
sendiri dengan bertengkar satu sama lain. Jadi, masihkah anda mau diadu domba?
Sumber: Republika
Comments
Post a Comment