Mereka Sengaja Membiarkan Konflik Palestina dan Israel?



Azzam Tamimi, seorang aktivis dan kolomnis asal Palestina pada 2009 lalu meluncurkan sebuah buku yang berjudul Hamas: Unwritten Chapters. Dalam resensi buku tersebut, Puan Z Nalla menyebutkan bahwa isi buku ini cukup konstektual untuk menuding negara Barat yang mengatakan kelompok pejuang Hamas sebagai teroris. Negara-negara Barat kerap menganggap perjuangan Hamas untuk membebaskan Palestina sebagai tindakan yang menentang nilai-nilai demokrasi.

Keikutsertaan Hamas dalam pemilu menjadi bukti bahwa kelompok pejuang ini tidak ingin larut dalam pertumpahan darah dengan tentara Israel. Dalam bukunya, Azzam mengatakan bahwa Hamas hanya menginginkan tegaknya keadilan bagi rakyat Palestina yang dijajah habis-habisan oleh Israel.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Prof. Edwar Said seorang Amerika kelahiran Palestina. Ia mengatakan ketidakadilan yang dilakukan oleh negara Barat dan Amerika pada Perjanjian Oslo 1993.

Konflik antara Palestina dan Israel dapat dikatakan bukan konflik bersenjata antara kedua belah pihak. Sebab, rakyat Palestina yang hampir tidak dilengkapi persenjataan mumpuni harus mempertahankan diri dari tentara-tentara Israel yang disokong persenjataan canggih dari Amerika Serikat.

Selain itu, perlawanan rakyat Palestina didasarkan oleh sifat defensif. Sikap ini dapat dimaklumi karena rakyat Palestina dalam kondisi terjajah sehingga mau tidak mau melakukan perlawanan. Menurut Azzam, Israel tidak hanya mnyerang gedung-gedung pemerintahan Palestian tetapi juga menyerang infrastruktur publik, misalnya sekolah, rumah sakit, dan jembatan.

Konflik Palestina dan Israel dapat dikatakan mirip dengan Apartheid yang didasarkan oleh ideologi rasis. Konflik ini telah memakan hak-hak demokrasi dan HAM rakyat Palestina yang selalu digaung-gaung oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

Inilah yang sedang diusahakan oleh Azzam Tamami. Dia berkeinginan runtuhnya rezim Israel yang telah memakan banyak korban sipil. Sehingga tercipta suatu hubungan masyarakat yang heterogen diiringi sikap harmonis antar sesama.

Ketika negara Barat mencoba melakukan pencitraan dengan memutarbalikkan fakta tentang Israel yang menjadi korban peperangan, Azzam dengan tegas menolak seluruh pendapat tersebut yang ia tulis pada kolom The Guardian pada Juli 2014 silam.

Konflik ini tidak pantas sebagai perseteruan antara dua agama, yaitu Islam dan Yahudi. Banyak dari kaum Yahudi sendiri yang mengutuk keras kejahatan Israel pada rakyat Palestina. Sejatinya konflik ini tidak akan terjadi jika tidak adanya adu domba yang mengatasnamakan agama. Adu domba ini dilakukan oleh para ‘perampok global’ yang diuntungkan dengan adanya perang ini. 

Bangsa Arab dan Bangsa Israel yang merupakan saudara dekat dibuat benci satu sama lain yang meluas ke konflik agama Islam dan Yahudi. Hal sama juga mereka lakukan dengan pada negara serumpun Indonesia dan Malaysia. Dua negara serumpun yang mempunyai potensi luar biasa untuk mengalahkan para ‘perampok global’ malah dibuat sibuk sendiri dengan bertengkar satu sama lain. Jadi, masihkah anda mau diadu domba?


Sumber: Republika

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel