Pembantaian Amerika Serikat terhadap Suku Indian
Perseteruan antara militer Amerika Serikat dengan penduduk asli Amerika, yaitu Suku
Indian mencapai puncaknya. Hal ini terjadi pada tahun 1890 yang menjadi
peristiwa pilu bagi Suku Indian. Ketika itu, di wilayah Wounded Knee di kawasan
reservasi Pine Ridge, militer AS datang dengan senjata yang tentunya lebih
canggih dengan penduduk asli Amerika ini.
Pembantaian ini diawali oleh sikap militer AS yang
kalang-kabut dengan gerakan spiritual “Tari Hantu” oleh Suku
Indian Sioux di Pine Ridge. Gerakan ini dilakukan setelah mereka tersadar
karena telah melupakan tradisi leluhur dan akhirnya dapat dikalahkan militer AS
sehingga terusir dari tanah mereka sendiri.
Suku Indian percaya jika mereka mempraktikan “Tari Hantu”
tersebut dan menolak semua kebiasaan penduduk pendatang kulit putih maka
mereka akan diberi dunia dengan suasana baru oleh para dewa. Mereka juga akan
dibantu oleh para dewa untuk mengalahkan kaum yang tidak percaya dengan mereka
dan yang bukan Suku Indian.
Untuk mengantisipasi gerakan spiritual ini, polisi Amerika
berupaya menangkap Sitting Bull, sebutan untuk Kepala Suku Indian Sioux. Ia
dituding oleh polisi Amerika sebagai orang dibalik gerakan ini berlangsung.
Sitting Bull lalu dibunuh oleh polisi Amerika dan mengakibatkan kemarahan
pengikutnya. Suasana di Pine Ridge menjadi tegang setelah peristiwa ini.
Pada 29 Desember 1890, militer AS mengirim pasukan Kavaleri
ke-7 untuk membasmi pengikut gerakan “Tari Hantu”. Sesampainya militer AS di
wilayah pengepungan, mereka meminta kepada Suku Indian Sioux untuk menyerahkan
senjata mereka.
Suasana tegang ini mencapai puncaknya ketika datang tembakan
entah dari mana. Kemudian, tanpa ampun militer AS mengangkat senjata mereka
mulai menyerang Suku Indian Sioux.
Sebanyak hampir 150 orang tewas dalam pertempuran ini.
Nyaris setengah dari mereka yang menjadi korban adalah anak-anak dan wanita.
Sementara, militer AS hanya kehilangan 25 anggota pasukannya.
Pertempuran antara militer AS dengan penduduk asli Amerika
ini awalnya dianggap sebagai konflik biasa. Tapi, setelah dilakukan kajian
lebih mendalam konflik ini merupakan peristiwa pembantaian yang tragis bagi
Suku Indian.
Perdebatan oleh sejarawan Amerika tentang peristiwa ini juga
menghasilkan pendapat yang berbeda-beda. Dari mereka ada yang berpendapat bahwa
konflik ini dapat dicegah jika penerus pimpinan Suku Indian setelah tewas
Sitting Bull, yaitu Big Foot ingin menyerahkan diri. Ada juga yang berpendapat serangan
militer AS kepada Suku Indian Sioux merupakan aksi balasan terhadap kekalahan
pasukan Kavaleri-7 di Little Bighorn pada tahun 1876.
Perbedaan pendapat antara sejarawan Amerika ini masih belum
dapat disimpulkan kesepakatannya. Namun, yang pasti dari konflik ini banyak
korban dari Suku Indian Sioux yang merupakan penduduk asli tanah Amerika.
Sumber: Viva.co.id
Comments
Post a Comment