Rumah Proklamasi Hadiah dari Saudagar Arab

Jum’at pada 17 Agustus 1945 diproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta yang sekarang berubah menjadi Jalan Proklamasi. Selama ini dituliskan bahwa tempat proklamasi kemerdekaan Indonesia berada di Jalan Pegangsaan Timur dengan mencantumkan sebuah nomor rumah yang tertulis nomor 56. Rumah bernomor 56 itu merupakan rumah milik seorang saudagar Arab yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Saudagar tersebut bernama Faradj bin Said bin Awadh Martak atau singkatnya Faradj Martak.

Faradj Martak lahir di Hadramaut, Yaman pada tahun 1897. Faradj Martak mendirikan sebuah perusahaan N.V. Alegemeene Import-Export en Handel Martak Badjened (MARBA) bersama dengan keluarga Badjened. Kesuksesan Faradj Martak dalam bisnis membuatnya memeiliki beberapa gedung maupun hotel. Salah satunya Hotel Garuda di Yogyakarta dan Gedung MARBA di Kota Lama Semarang.

Bersama keluarganya Faradj Martak hijrah menuju Indonesia pada tahun 1940. Hingga akhirnya ia memiliki sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur yang saat itu merupakan kawasan elite.

Hubungan Faradj Martak dan Soekarno mulai terjalin pada tahun 1940-an dalam masa-masa masih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. "Hubungan paman saya, Faradj Martak, dengan Soekarno sangat dekat, Dia biasa dipanggil ke istana oleh Soekarno,”  ujar Yusuf Martak yang merupakan keponakan dari Faradj Martak.  Ketika itu memang Soekarno mulai membina hubungan dengan para pengusaha untuk membangun sebuah Negara baru dengan mengandalakan modal dari para pengusaha tersebut. Perusahaan milik Faradj Martak yaitu MARBA memang punya nama besar pada masanya.

Hubungan yang begitu dekat dengan Soekarno membuat Faradj Martak tidak segan-segan mengajak Soekarno untuk tinggal di rumahnya pada malam sebelum diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Soekarno dengan membawa beberapa kawan pejuangnya pun menerima tawaran Faradj Martak tersebut.

Soekarno dilayani sedemikian istimewa ketika sudah sampai di rumahnya. Dalam keadaan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut Soekarno diserang penyakit malaria pada malam itu juga. Dengan sigap Faradj Martak memberikan Madu Sidr yang merupakan madu unggulan dari negeri Arab untuk mengobati Soekarno.

Soekarno sering mendapat kiriman Madu Sidr selama satu atau dua bulan sekali. "Harganya mungkin sekitar Rp 1 juta per botol kalau dikira-kira dengan uang sekarang," kata Yusuf Martak.

Di rumah Jalan Pegangsaan nomor 56 tersebut Soekarno memboyong keluarganya untuk tinggal di sana. Sementara Faradj Martak pindah ke rumah seberangnya yaitu rumah bernomor 41.

Sekitar sepekan setelah proklamasi, Faradj Martak mengajak Soekano untuk makan bersama di rumah proklamasi. Dalam situasi tersebut ia mengatakan kepada Soekarno bahwa rumah yang menjadi tempat proklamasi kemerdekaan Indonesia ini dihibahkan kepada Negara.

Jasa-jasa Faradj Martak tidak hanya sampai di situ, ia juga membeli beberapa gedung di Jakarta sebagai tempat digunakan untuk pemerintahan Indonesia yang baru berdiri. Atas hal ini Menteri Pekerjaan Umum M. Sitompul berkirim surat kepada Faradj Martak yang isinya ucapan terimakasih. Soekarno pun tidak ketinggalan mengucapkan terima kasih kepada Faradj Martak. Dalam surat yang Soekarno tulis secara pribadi ia mengatakan terimakasih atas pemberian Madu Sidr yang dikirimnya secara rutin.

Surat Ucapan Terima Kasih

Faradj Martak terlebih dahulu meninggalkan dunia dibanding sahabatnya Soekarno. Ia dimakamkan di Aden, Yaman pada tahun 1962. Karena jarak yang begitu jauh Soekarno hanya berpesan kepada keluarga Faradj Martak. "Pesannya, kalau ada perlu atau kesulitan apapun, temui saya secara pribadi langsung," kenang Yusuf Martak.

Yusuf Martak mengutarakan bahwa keluarganya selama ini memang sengaja menyembunyikan jasa-jasa Faradj Martak karena berbagai hal yang disepakati. "Karena kami ikhlas membantu perjuangan bangsa dan negara ini," kata Yusuf Martak

Sumber:   albalad.co  I  Hidayatullah