Syekh Junaid Al-Batawi, Ulama Betawi di Tanah Mekkah




Di Kampung Arab Pekojan lahir seorang ulama Betawi yang namanya masyur di tanah Arab. Beliau adalah Syekh Junaid Al-Batawi. Tahun kelahiran beliau belum dapat dipastikan yang menimbulkan berbagai pendapat. Menurut pemerhati sejarah Jakarta, Alwi Shahab menuturkan bahwa  Syekh Junaid Al-Batawi lahir pada tahun 1840. Sementara menurut Budayawan Betawi Ridwan Saidi berpendapat bahwa berdasarkan catatan Snouck Hurgronje (Orientalis Belanda), Syekh Junaid Al-Batawi sudah tinggal di Mekkah sejak tahun 1834.
                                      
Orang-orang dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada abad ke-17 memang sudah banyak yang mengunjungi tanah Arab untuk pergi haji. Sesampainya di sana ada diantara mereka yang lebih memilih tinggal menetap di Mekkah karena berbagai faktor. Para ulama kita yang menetap di mancanegara termasuk Mekkah menyematkan nama daerah asal mereka diakhir  nama mereka.

Seperti Al-Batawi (Betawi), Al-Falimbani (Palembang), Al-Banjari (Banjar, daerah Kesultanan Banjar), As-Sambas (Sambas), Al-Minangkabawi (Minang), Al-Bantani (Banten), Al-Makassari (Makassar, dipakai oleh Syekh Yusuf Al-Makassari yang makamnya berada di Afrika Selatan) dan  masih banyak lagi. Seperti halnya Syekh Junaid yang menyematkan Al-Batawi di akhir nama beliau.

Awal mula kepergian Syekh Junaid Al-Batawi ke Mekkah tidak terlepas karena beliau tinggal di Kampung Arab Pekojan. Pada zaman kolonial Belanda penduduk yang tinggal di kampung Arab berhak mendapat surat jalan jika ingin bepergian ke luar daerah karena Belanda menerapkan sistem passen stelsel dan wijken stelsel.

Dari Tanah Betawi, Syekh Junaid pergi ke Mekkah dan menetap di sana. Di Mekkah beliau sering menampung jama’ah yang berasal dari Betawi ketika mereka pergi naik haji. Selain itu beliau juga menyempatkan memberi ilmu-ilmu agama kepada mereka.

Syekh Junaid Al-Batawi merupakan ulama yang kaya akan ilmu. Sebab itulah beliau mendapat julukan Syaikhul Masyaikh yang memiliki arti guru dari segala guru. Para ulama Mazhab Syafi’I dari seluruh penjuru dunia belajar kepada Syekh Junaid Al-Batawi di Mekkah. Kedalaman ilmu yang dimiliki Syekh Junaid Al-Batawi membuat beliau dipercaya menjadi Imam besar Masjidil Haram.

Reputasi Syekh Junaid Al-Batawi sebagai ulama besar Mekkah membuat orang-orang dari Nusantara berdatangan ke Mekkah untuk menjadi murid beliau. Diantara murid beliau yang berasal dari Nusatara adalah Syekh Nawawi Al-Bantani (Banten) yang mendapat julukan Sayyidu Ulama’ al-Hijaz dan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi (Minang). "Muridnya banyak sekali. Bukan hanya para mukiman dari Indonesia, juga mancanegara. Nama Betawi menjadi termashur di tanah suci berkat Syekh kelahiran Pekojan, Jakarta Barat ini," kata Alwi Shahab pemerhati sejarah Jakarta.

Suatu riwayat mengatakan Syekh Nawawi Al-Bantani dan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi merupakan guru dari K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari yang kelak mendirikan Nahdlatul Ulama .

Besarnya pengaruh Syekh Junaid Al-Batawi di tanah Mekkah terlihat ketika terjadi peralihan kekuasaan dari Syarif Ali ke Ibnu Saud.Ketika itu Syarif Ali meminta kepada Ibnu Saud untuk tetap menghormati keluarga beserta keturuanan dari Syekh Junaid Al-Batawi. Permintaan ini diterima oleh Ibnu Saud. Hal ini diungkapkan oleh ulama besar dari Minang yang bernama Buya Hamka pada sebuah acara “Diskusi Perkembangan Islam di Jakarta” tahun 1987.

Bahkan saking besarnya pengaruh Syekh Junaid Al-Betawi di Mekkah konon panggilan “Siti Rohmah” oleh orang Arab untuk perempuan Indonesia yang berangkat haji terinspirasi dari nama istri Syekh Junaid.

Sumber:   alwishahab.wordpress   I   ihram.co.id   I   viva.co.id   I   validnews.co

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel