Habib Luar Batang Disegani Belanda
Habib Husein bin Abubakar Alaydrus
merupakan diantara keturunan Rasulullah SAW yang memutuskan untuk hijrah ke
Indonesia. Beliau merupakan seorang ulama yang berasal dari jazirah Arab
tepatnya di Hadramaut. Habib Husein lahir pada tahun 1736 M. Dari Hadramaut,
Habib Husein melanglang buana pergi ke luar negeri untuk berdakwah di Gujarat (India) dan
akhirnya memutuskan untuk menetap di Tanah Betawi sampai akhir hayatnya.
Masyarakat Betawi sering menyebut
Habib Husain dengan panggilan Habib Luar Batang. Panggilan ini disebabkan
karena sebuah peristiwa karomah beliau miliki. Suatu hari beliau wafat dalam
keadaan masih muda antara umur 30-40 tahun. Sesuai peraturan pada masa itu
bahwa jenazah orang asing harus dimakamkan di kawasan Tanah Abang.
Jenazah beliau pun dimasukkan ke
dalam kurungan batang (keranda mayat) untuk dibawa ke Tanah Abang. Tapi ketika
sampai ke Tanah Abang jenazah Habib Husein tidak ada di dalam kurungan batang.
Jenazah beliau berada di tempat semula sebelum diberangkatkan ke Tanah Abang.
Pengantar jenazah mencoba kembali
memasukkan jenazah Habib Husein ke dalam kurungan batang. Tapi jenazah beliau
kembali tidak berada di dalam kurungan batang ketika sampai di Tanah Abang. Melihat
isyarat ini murid-murid beliau sepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di
tempat semula. Sekarang kampung tempat Habib Husein dimakamkan bernama “Kampung
Luar Batang”. Hal ini karena jenazah Habib Husein selalu berada di luar batang
kurungan (mayat keranda) ketika ingin dibawa ke Tanah Abang.
Beliau wafat pada tahun 1756 dan dikenang
sebagai waliyullah yang memiliki karomah. Habib Luar Batang juga memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Hal ini beliau buktikan ketika beliau
membantu seorang Tionghoa yang dikejar-kejar oleh pasukan VOC. Ketika itu,
Habib Luar Batang dikejutkan oleh seorang Tionghoa yang lari ketakutan menuju
kediaman Habib Luar Batang untuk bersembunyi.
Orang Tionghoa tersebut mengaku
dikejar-kejar oleh pasukan VOC karena akan dieksekusi mati oleh pemilik kapal
dagang Tionghoa. Ia meminta kesediaan Habib Luar Batang untuk menyembunyikan
dirinya di kediaman beliau. Habib Luar Batang menyetujui keinginan seorang
Tionghoa tersebut.
Pasukan VOC yang terus melakukan patroli untuk menangkap orang Tionghoa tersebut akhirnya sampai di kediaman Habib Luar
Batang, Mereka meminta Habib Luar Batang menyerahkan buronan yang mereka cari. Dengan
tegas Habib Luar Batang menjawab, "Saya
akan melindungi tawanan ini dan saya menjadi jaminannya."
Karena kharisma Habib Luar Batang
yang begitu tinggi pasukan VOC tersebut merasa tidak berani dan mengurungkan
niatnya untuk menangkap orang Tionghoa tersebut. Berkat pertolongan Habib Luar
Batang, orang Tionghoa tersebut sangat berterima kasih dan memutuskan untuk
menjadi umat Nabi Muhammad SAW (masuk Islam) dihadapan Habib Luar Batang.
Pengaruh Habib Luar Batang begitu besar bagi masyarakat
Betawi. Hal ini membuat pemerintah kolonial VOC Belanda agak khawatir dengan
keadaan tersebut. Maka diputuskanlah bahwa Habib Luar Batang beserta pengikut
dan muridnya dijebloskan ke penjara di wilayah Pancoran (Glodok) tanpa melewati
proses peradilan.
Setiap malam petugas pengamanan penjara
melewati penjara yang di huni oleh Habib Luar Batang untuk memastikan tawanan
tidak kabur. Namun, betapa terkejutnya petugas tersebut ketika melihat Habib
Luar Batang menjadi imam solat bagi pengikutnya di sebuah ruangan besar. Bahkan
masyarakat di luar pun ikut bermakmum dengan beliau. Para petugas tersebut
dengan sendirinya baru memastikan bahwa Habib Luar Batang berada di dalam
penjara tahanan sedang tertidur lelap ketika melewati penjara beliau.
Melihat kejadian ini Belanda
memutuskan untuk membebaskan Habib Luar Batang dan pengikutnya karena memang
tidak memiliki kesalahan maupun alasan untuk dipenjara.
Sumber: jadzab.com I viva.co.id
Comments
Post a Comment