Dakwah Lembut KH. Ahmad Dahlan
Bagi Indonesia, ormas Islam yang
bernama Muhammadiyah mempunyai peranan penting dari segi gerakan sosial. Muhammadiyah
bergerak dari akar rumput untuk membantu masyarakat di bidang pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial, dan juga kaderisasi . Tidak terhitung lagi
banyak rumah sakit serta sekolah-sekolah yang dibangun atas prakarsa
Muhammadiyah. Namun, dibalik mulusnya gerakan sosial Muhammadiyah saat ini
terdapat beberapa halangan ketika ormas ini baru didirikan oleh KH. Ahmad
Dahlan. Kendala ketika yang dihadapi oleh KH. Ahmad Dahlan tidak hanya
menyerang organisasi namun juga menyerang KH. Ahmad Dahlan sebagai individu.
KH. Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Pada awal
pendiriannya KH. Ahmad Dahlan mendapat tantangan yang harus dihadapi. Bahkan
tuduhan seperti kyai sesat, kyai kafir, bahkan Kristen Putih harus diterima
oleh KH. Ahmad Dahlan.
Suatu hari ketika KH.
Ahmad Dahlan sedang membaca kitab di beranda rumahnya lewatlah serombongan anak-anak
sambil meneriakkan sesuatu. Mereka (mungkin ada yang menyuruh) berteriak “Kyai sesat, kyai sesat, kyai sesat. Kyai palsu, kyai palsu, kyai palsu ...”,
sambil lewat di depan rumah KH. Ahmad Dahlan.
KH. Ahmad Dahlan yang
ketika itu berada di depan rumahnya memerhatikan anak-anak tersebut sambil
tersenyum. Bahkan KH. Ahmad Dahlan menanggapi ucapan anak-anak dengan mengikuti
apa yang mereka teriakkan sambil bertepuk tangan mengiringi irama yang diteriakkan
oleh mereka.
Melihat tindakan KH.
Ahmad Dahlan tersebut rombongan anak-anak tersebut berhenti berteriak karena
bingung tidak marahnya KH. Ahmad Dahlan dan juga mungkin kelelahan.
“Loh, kok berhenti? Ayo terus!”, ucap KH. Ahmad Dahlan ketika
melihat anak-anak tersebut berhenti berteriak. Lalu, KH. Ahmad Dahlan mendekati
mereka sambil menyalami satu per satu dan menanyakan berbagai hal seperti siapa
namanya? Ayahnya siapa? Rumahnya di mana? Dan seterusnya.
Atas perlakuan lembut
dari KH. Ahmad Dahlan tersebut maka mereka pelan-pelan mendekati dan duduk
disekitaran KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan juga menanyakan kepada anak-anak
tersebut apakah ada yang sekolah atau tidak? Terus kalau habis maghrib ada yang
belajar mengaji atau tidak dan siapa gurunya? Dan seterusnya.
Setelah selesai
menanyakan hal tersebut KH. Ahmad Dahlan kembali bertanya, “Apa kamu semua mau bermain bersama saya? Apa kamu semua mau saya dongengi?”.
Anak-anak tersebut menjawab dengan serempak, “Mau Kyai, mau Kyai”.
KH. Ahmad Dahlan lalu mengajak
mereka untuk masuk ke dalam rumah. Nyai Dahlan menyiapkan tikar dan minuman
untuk disediakan kepada anak-anak tersebut.
Setelah semua siap KH. Ahmad
Dahlan mulai mendongengkan kisah yang diambil dari tarikh Islam. Dialog komunikatif
yang diterapkan KH. Ahmad Dahlan semakin membuat suasana lebih hidup dengan
kisah-kisah tokoh yang diceritakan.
Ketika azan dzuhur berkumandang
KH. Ahmad Dahlan menghentikan kisah dan mengajak mereka untuk solat di langgar.
Mereka pun keluar untuk berwudhu terlebih dahulu. Sementara itu, KH. Ahmad
Dahlan membisikan sesuatu kepada Nyai Dahlan, “Tolong sediakan makan siang ala
kadarnya untuk anak-anak itu. Kita
kedatangan murid-murid baru,” kata
Kyai.
Selesai solat berjamaah
anak-anak tersebut dan KH. Ahmad Dahlan makan bersama-sama. “Nah, sekarang pulang dulu, kapan-kapan
boleh main ke sini,” ucap Kyai Dahlan.
Cara dakwah KH. Ahmad Dahlan
ini berhasil menarik simpati anak-anak tersebut. Setelah kejadian ini tentunya
tidak ada lagi cacian yang dilontarkan mereka kepada KH. Ahmad Dahlan. Bahkan
dengan gembira mereka belajar mengaji kepada KH. Ahmad Dahlan.
Sumber: m.muhammadiyah.or.id
Comments
Post a Comment