Jasa-Jasa Hadramaut untuk Indonesia
Hadramaut merupakan sebuah daerah lembah subur di negeri
Yaman yang penuh akan sejarah peradaban Islam. Dari Hadramaut inilah para ulama
dan habaib menyebar ke pelosok bumi untuk menjalankan misi mendakwahkan apa
yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Negeri Yaman memang sudah sejak
dahulu dikenal sebagai rumah besar bagi para habaib (keturunan Rasulullah SAW).
Diantara negeri yang mereka singgahi ialah Nusantara
termasuk diantaranya Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Bahkan tidak
sedikit diantara mereka yang memilih tinggal menetap di negeri yang mereka
singgahi termasuk Indonesia.
Kedatangan orang-orang Arab ke Indonesia bahkan jauh sebelum
datangnya penjajah Belanda. Orang-orang Arab ini berbaur dengan masyarakat
pribumi dan menjalin kontak dengan beberapa bangsawan kerajaan atau kesultanan.
Seorang orientalis Belanda yang bernama L.W.C van den Berg yang membuat
penelitian tentang keturunan Arab di Indonesia menuliskan beberapa marga etnis
Arab di Indonesia.
“Beberapa kabilah
(marga) etnis Arab di Indonesia dapat kita jumpai di Hadramaut, seperti
as-Segaf, al-Attas, al-Jufri, bin Syihab, bin Thalib, Sungkar, al-Katiri,
al-Bar, dan sebagainya,” ujarnya.
Sejak tahun 1870 ketika kapal uap mulai dipakai secara massal
imigrasi penduduk Hadramaut ke Indonesia semakin meningkat. Mereka singgah ke
daerah-daerah pesisir di Indonesia seperti Aceh lalu menyebrang ke Palembang
dan Pontianak.
Kebanyakan diantara mereka meninggalkan Hadramaut datang ke
Indonesia tanpa istri. Barulah ketika di Indonesia mereka menikah dengan wanita
pribumi. Oleh sebab itu para imigran Hadramaut ini menyebut pribumi Indonesia
sebagai akhwal yang mempunyai arti
saudara dari ibu.
Pengaruh para habaib dari Hadramaut ini juga merasuk ke
dalam kesultanan di Indonesia kala itu. Kesultanan Pontianak didirikan oleh
keturunan Rasulullah SAW yang bernama Syarif Abdurrahman Al Kadrie, sementara
Kesultanan Siak pernah dipimpin oleh seorang syarif keturunan Rasulullah yang
pada masa kemerdekaan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia yang
ketika itu dipimpin Sultan Syarif kasim II.
Di Jawa ada Raden Saleh pelukis yang diakui oleh orang-orang
Eropa yang merupakan anak dari Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja.
Selain itu juga ada raja-raja Jawa yang nasabnya terhubung ke Rasulullah SAW
lewat keturunan walisongo.
Pada zaman penjajahan Belanda, ketika itu di Batavia (Jakarta)
para imigran dari Hadramaut dipisahkan dari penduduk pribumi. Imigran ini diharuskan
untuk tinggal di daerah Pekojan yang sebelumnya pernah didiami oleh pendatang
dari India.
Walaupun ada kesan bahwa Belanda mencoba menghalangi
kegiatan interaksi antara orang Arab dan penduduk pribumi namun mereka tidak
berdiam diri. Pada tahun 1901 lahir organisasi yang konsen dalam bidang
pendidikan bernama Jamiatul Khair. Organisasi ini didirikan oleh Habib Abubakar
bin Ali bin Abubakar bin Umar Shahab. Banyak tokoh-tokoh pergerakan nasional
yang berasal dari organisasi ini seperti HOS Tjokroaminoto, KH Ahmad Dahlan
(Pendiri Muhammadiyah), Haji Agus Salim, dan Hussein Jayaningrat.
Ketika masa Kebangkitan Nasional awal abad ke-20, Dr. Hazeu
melaporkan bahwa pada kongres Sarekat Islam di Surbaya tahun 1915 dan di
Bandung tahun 1916 terdapat nama seperti Sayyid Hasan bin Semit dan Sayyid Alim
Algadri. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa ‘pengaruh Arab’ pada
organisasi ini cukup besar khususnya pada kepengurusannya.
Puncak dari hubungan Indonesia dan Arab ialah ketika berhimpunnya
pemuda Arab termasuk ada yang berasal dari Hadramaut untuk menyatakan sumpah yang diantara isinya ialah ‘Tanah Air
Peranakan Arab adalah Indonesia’. Bahkan Bung Hatta mengatakan bahwa orang-orang
keturunan Arab ini sudah menganggap bahwa Indonesia sudah menjadi tanah airnya
yang berjuang bersama pribumi untuk
mengusir penjajah.
Saat ini Hadramaut masih mempunyai peran penting bagi
Indonesia. Karena lembaga pendidikan Darul Mustafa yang didirikan Habib Umar
bin Hafidz pada tahun 1993 banyak menampung para santri dari Indonesia.
Diantara alumni Darul Mustafa yang merupakan santri asal Indonesia ialah Habib
Munzir Al Musawa, Habib Jindan bin Novel Jindan, Habib Sholeh Bin Muhammad Al
Jufri , dan Habib Hamid Ja’far Al Qadri,
Sumber: Republika
Comments
Post a Comment