Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel
Kisah tentang kejamnya tentara Mongol sampai juga ke telinga
sekelompok klan Orghuz. Ketika itu terjadi eksekusi massal terhadap penduduk
Merv pada tahun 1221. Penduduk yang dieksekusi terdiri dari laki-laki,
perempuan, dan anak-anak tersebut digiring bersama lalu diserahkan kepada para
prajurit untuk dieksekusi.
Mendengar hal ini klan Orghuz memutuskan untuk berimigrasi
untuk menjauhi tentara Mongol. Mereka lalu bertempat di Anatolia. Berdasarkan
legenda disebutkan bahwa Ertugul Ghazi membawa 400 orang berkuda ke Anatolia.
Ertugul Ghazi sebagai pemimpin pasukannya menyatakan setia terhadap Kesultanan
Rum Seljuk. Mereka berperan menjaga daerah dari serangan Bizantium di barat dan
Mongol di timur yang diprediksi akan masuk melalui perbatasan Iraq.
Atas jasa-jasa dari keluarga Ertugul maka Sultan Seljuk
memberikan distrik Sogut dan Domanic sebagai bentuk terimakasih atas pengabdian
dan kesetiannya. Dua distrik ini terletak di provinsi Bithynia yang berbatasan
dengan Bizantium. Ketika, Ertugul meninggal maka kepemimpinan wilayah
kekuasannya diteruskan oleh anaknya Osman Ghazi.
Suatu saat ketika Osman sudah memimpin wilayah yang
diwariskan ayahnya mendapati sebuah mimpi indah. Osman ketika itu bermalam di
rumah gurunya yang bernama Syekh Edebali. Ketika ia tertidur maka datanglah
sebuah mimpi yang kelak menginspirasi anak cucunya dalam mengembangkan wilayah
kekuasannya.
Aşıkpaşazade (Darwis Ahmad) seorang ahli sejarah Utsmani
menuliskan mimpi Osman Ghazi sebagai berikut:
“Dia melihat bulan
muncul dari dada pria suci itu dan mulai terbenam di dadanya sendiri. Sebuah
pohon kemudian tumbuh dari pusarnya dan bayangannya melingkungi dunia. Di bawah
bayangannya ada gunung-gunung, dan aliran-aliran sungai mengalir keluar dari
kaki setiap gunung. Beberapa orang minum dari air yang mengalir ini, yang lain
menyirami kebun, sementara yang lain menyebabkan air mancur mengalir. Ketika
Osman terbangun dia menceritakan kisah itu kepada orang suci itu, dia berkata,
‘Osman, putraku, selamat, karena Allah telah memberikan kekaisaran kepadamu dan
keturunanmu, dan putriku Malhun akan menjadi istrimu’.”
Pada versi lain mimpi Osman Ghazi ini diceritakan lebih
detail seperti ini. Pada suatu malam Osman Ghazi bermalam di rumah Syekh
Edebali bermimpi. Dalam mimpinya ia
berhadap-hadapan dengan Syekh Edebali. Dengan sendirinya bulan purnama muncul
dari dada Syekh Edebali lalu naik ke langit. Setelah itu bulan tersebut turun
ke dada Osman Ghazi
Tiba-tiba pohon besar yang indah pun muncul yang di bawahnya
terdapat pegunungan Kaukasus di Eurasia, pegunungan Atlas di Afrika Utara, pegunungan
Taurus di Anatolia, dan pegunungan Balkan di Eropa. Setelah itu, empat sungai
mengalir dari dasar pohon besar tersebut yaitu sungai Tigris, Efrat, Danube,
dan Nil.
Kemudian, pada pohon besar tersebut menggelantung
pedang-pedang sebagai pengganti daun pohon. Angin kencang meniup pedang-pedang
tersebut bagaikan daun yang beterbangan menuju ke satu titik yaitu kota Konstantinopel.
Kota yang terletak di antara dua samudera dan benua. Di mata Osman Ghazi
pemandangan yang ia lihat ini seperti berbentuk berlian di antara dua safir dan
dua zamrud yang kemudian berbentuk sebuah cincin. Namun, ketika Osman ingin
memasangkan cincin di jarinya ia terbangun.
Osman pun lalu menanyakan arti mimpinya kepada Syekh
Edebali. “Allah yang Maha Kuasa telah
memberikan kekuasaan kepadamu dan keturunanmu. Putriku akan menjadi istrimu,
dan seluruh dunia akan berada di bawah perlindungan anak-anakmu.” Berkata Syekh
Edebali atas pertanyaan Osman Ghazi.
Mimpi ini menjadi inspirasi yang terus ia kisahkan kepada
anak cucunya. Tampuk kepemimpinan yang silih berganti akhirnya di teruskan oleh
Muhammad Al Fati yang menjadi sultan Utsmani ke tujuh. Di bawah kepemimpinannya
kota Konstantinopel yang terdapat dalam mimpi Osman Ghazi benar-benar takluk
pada tahun 1453.
Sumber: ganaislamika.com
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete