Datu Amin, Pejuang Banjar Sekaligus Mufti Agama
Perjuangan rakyat Banjar dalam menentang penjajahan Belanda
melibatkan seluruh golongan masyarakat. Termasuk para tuan guru atau ulama yang
ikut juga berjuang karena melihat kondisi umat yang ditindas. Diantara ulama
Banjar tersebut ialah Syekh Muhammad Amin bin Haji Muhammad Yaqub atau yang
masyur disebut masyarakat dengan panggilan Datu Amin Banua Anyar.
Jika dilihat dari silsilahnya maka Datu Amin masih
berkerabat dengan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan). Hal ini
karena Datu Amin merupakan cucu dari Al-alimul Fadhil Qadhi Haji Muhammad Said
bin Mu’min yang beristri Tuan Giat, saudari dari Tuan Guwat yang merupakan
salah satu istri Datu Kalampayan.
Datu Amin sejak kecil rajin menuntut ilmu agama. Ketika
dewasa beliaupun melanjutkan pencarian ilmunya ke Mekkah. Hingga dirasa cukup
menimba ilmu di Mekkah, Datu Amin memutuskan untuk pulang ke Banua Banjar.
Berkat kedalaman dan keluasan ilmu yang dimiliki banyak
masyarakat sekitar yang berguru kepada beliau. Diantara hobi Datu Amin ialah
berburu menjangan bersama murid-muridnya. Hasil buruan tersebut disantap
bersama murid-muridnya yang selalu setia mendampingi beliau.
Atas kedalaman ilmu yang beliau miliki maka Datu Amin
diangkat menjadi Mufti Kesultanan Banjar di Banjarmasin. Pengangkatan beliau
sebagai mufti bersamaan dengan terjadinya Perang Banjar yang sudah berjalan. Situasi
ini tidak membuat Datu Amin goyah dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Sikap Datu Amin yang bulat menentang tindakan penjajah membuat
Belanda resah dan berniat untuk menculik beliau. Belanda mengirim pasukan
menuju rumah Datu Amin di Sungai Parit (Pasar Lama). Ketika sampai pasukan
Belanda dengan segera menggeledah rumah Datu Amin. Pasukan Belanda mencari ke
setiap sudut rumah namun tidak dapat menemukan beliau hingga pulang dengan
tangan hampa.
Padahal posisi Datu Amin ketika itu tepat berada di dalam
rumah. Namun, berkat pertolongan Allah SWT Datu Amin dapat menyembunyikan diri
di lubang pahatan rumahnya sehingga tidak diketahui oleh pasukan Belanda.
Karena perselisihan dengan Belanda ini dan untuk menjaga
agar syiar Islam di Banjarmasin tetap ada maka Datu Amin memutuskan untuk
hijrah ke tempat baru. Beliau menyusuri Sungai Martapura menggunakan jukung
yang dikayuh. Ketika sampai di suatu tempat beliau selalu mengambil sebagian
tanah tersebut dan dicium aromanya.
Sampai suatu ketika Datu Amin menemui suatu daerah yang
tanahnya harum. Di sinilah beliau memutuskan untuk menetap dan mendirikan
sebuah langgar sebagai tempat mengajar ilmu agama kepada masyarakat sekitar. Daerah
ini sekarang dikenal dengan nama Banua Anyar yang melekat pada nama beliau,
Datu Amin Banua Anyar.
Sumber: jejakrekam..com I klikkalsel.com
Comments
Post a Comment