Rumah Tradisional Banjar Dimasa Kesultanan


 

Dalam khazanah budaya Banjar terdapat rumah tradisional yang menjadi ciri khas dari Suku Banjar. Rumah tradisional Banjar terdiri dari 12 jenis dengan bentuk dan fungsi yang berbeda. Salah jenis yang terkenal ialah Rumah Bubungan Tinggi yang digunakan sebagai tempat tinggal Sultan Banjar pada zamannya.

 

Rumah Bubungan Tinggi pada mulanya hanya berbentuk persegi panjang. Seiring berjalannya waktu rumah tersebut ditambah sepasang ruang di sisi kiri dan kanan dengan ukuran yang sama. Ruangan ini menempel dengan bangunan di kedua sisi yang dalam istilah Banjar dinamakan Pisang Sasikat. Gambaran ruang tambahan ini seperti sayap yang mengarah keluar. Oleh sebab itu ruangan ini dalam bahasa Banjar dinamakan anjung.

 

Penambahan ruangan di sisi kiri dan kanan membuat masyarakat menyebut Rumah Bubungan Tinggi juga dengan nama Rumah Baanjung. Pada masa Kesultanan Banjar rumah ini berfungsi sebagai istana Sultan Banjar yang bertahta. Di lingkungan istana juga terdapat rumah tradisional  lainnya dengan fungsi yang berbeda.

 

Rumah-rumah tersebut diantaranya adalah Rumah Gajah Manyusu yang digunakan untuk tempat tinggal kerabat kesultanan seperti para gusti dan anang. Sementara itu juga ada Rumah Balai Bini yang berfungsi untuk tempat tinggal para inang pengasuh. Adapun urusan perbendaharaan kesultanan menggunakan Rumah Palimasan yang didalamnya terdapat penyimpanan emas dan perak. Adapula Rumah Balai Laki digunakan untuk tempat tinggal para menteri kesultanan.

 

Pada perkembangannya rumah-rumah yang berada di lingkungan istana menjadi patokan bangunan bagi Suku Banjar ketika membangun rumah. Arsitektur rumah ini tersebar hingga ke Kalimantan Timur dan Kotawaringin di Kalimantan Tengah.

 

Tersebarnya rumah tradisional Banjar ke Kalimantan Tengah tidak terlepas dari berdirinya Kesultanan Kotawaringin yang merupakan bagian dari Kesultanan Banjar. Pangeran Dipati Antakesuma selaku sultan pertama Kotawaringin merupakan keturunan dari Sultan Musta’in billah dari Banjar. Oleh karena itu banyak dari kerabat kesultanan dan rakyat Banjar yang menetap di Kotawaringin.

 

Rumah tradisional Banjar di Kalimantan Tengah khususnya di sepanjang Sungai Barito terpengaruh oleh Rumah Betang dari Suku Dayak. Pengaruh ini terlihat pada motif dan konstruksi dari rumah Banjar di sana. Sementara itu, rumah-rumah tradisional Banjar yang tersebar di Kalimantan Timur dibawa oleh masyarakat Suku Banjar yang tinggal di sana.

 

Seiring perkembangan zaman pembangunan rumah tradisional Banjar semakin berkurang. Bahkan hal ini sudah terjadi pada tahun 1930-an dengan masuknya modernisasi dari Belanda. Ketika itu masyarakat Banjar sudah mulai merombak Rumah Baanjung dengan meninggalkan bentuk aslinya. Bentuk rumah dirubah total sesuai dengan selera pada zamannya. Maka, jika menemukan rumah tradisional Banjar yang masih ada sampai sekarang hampir dipastikan rumah tersebut dibangun jauh sebelum tahun 1930-an.


Referensi:   Rumah Adat Banjar oleh Drs. Syamsiar Seman. Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PROYEK PENERBIT AN BUKU SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Jakarta 1982


Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel