Kesultanan Kutai Menolak Hubungan Dagang dengan VOC
Pada abad ke-17 VOC mencoba melakukan kontak dengan Kesultanan
Kutai. Kontak pertama terjadi pada tahun 1634 yang membicarakan urusan dagang.
VOC mengajak Kesultanan Kutai untuk mengusir para pedagang dari Makassar dan
Jawa agar mereka dapat memonopoli perdagangan.
Usaha VOC untuk menjalin hubungan perdagangan dengan Kutai
tidak berhasil. Sebab mereka terlebih dahulu menjalin hubungan baik dengan
Kerajaan Gowa sejak tahun 1620. Pada tahun 1635 VOC kembali mengirimkan
delegasi di bawah pimpinan Gerrit Thomassen untuk mencoba hubungan dengan
Kesultanan Kutai. Delegasi VOC ini bertemu langsung dengan Sultan Kutai saat
itu yaitu Sultan Sinom Panji Mendapa Ing Martapµra.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut VOC mencoba mengadudomba
kerajaan di Kalimantan Timur dengan Kesultanan Banjar. Khususnya Kesultanan
Kutai yang ketika itu membayar upeti ke Kesultanan Banjar. VOC mengajak Kutai
untuk memonopoli perdagangan dan memutus hubungan dengan kerajaan lain. Hal ini
membuat Sultan Kutai tidak senang sehingga menolak hubungan dagang dari VOC.
Tidak putus sampai di situ, pada tahun 1671 VOC kembali
mengirim delegasi ke Kesultanan Kutai untuk bernegosiasi hubungan dagang.
Delegasi ini dipimpin oleh Paulus de Beck menghadap Sultan Sinom Panji Mendapa
Ing Martapura. Namun, tetap delegasi ini tidak berhasil meluluhkan pendirian
Sultan Kutai.
Selagi mencoba menjinakan Kesultanan Kutai, VOC mencoba
melemahkan perdagangan Kutai dan Paser dengan Makassar dan Jawa di Selat
Makassar. Melalui surat-menyurat yang ditujukan kepada Sultan Kutai, VOC tetap
mencoba hubungan dagang. Usaha ini sedikit membawakan hasil ketika para
pengikut Arung Palakka yang menjadi sekutu VOC mulai bermukim di sekitar
Samarinda seberang dan mengangkut komoditi daerah tersebut ke Makassar.
Tidak lama kemudian VOC kembali mengalami kendala
perdagangan di Selat Makassar. Ini karena para perantau Bugis Wajo mulai
memasuki daerah Samarinda seberang. Maka terjadi persaingan antara Bugis Wajo
melawan Bugis Bone pengikut Arung Palakka yang bersekutu dengan VOC. Maka VOC
mencoba mengatasi kendala tersebut dengan
mengirimkan Van der Heyden peergi ke Kutai dan Paser pada tahun
1747. Van der Heyden mengutarakan pertemuan tersebut kepada pembesar VOC bahwa
kedua daerah tersebut terbuka untuk dijadikan teman dagang namun sangat
berbahaya untuk jadi tempat tinggal bagi orang Eropa. Atas dasar ini hubungan
dagang VOC dengan Kutai tidak dapat dijalankan lagi.
Setelah kegagalan tersebut VOC tidak lagi mengirimkan
delegasi. Sampai dengan bubarnya pada tahun 1799 VOC tidak berhasil menjalin
perdagangan dengan Kesultanan Kutai dan Kesultanan Paser. Hal ini juga
mengakibatkan tidak adanya perwakilan dagang atau pembesar VOC yang menetap di
du daerah tersebut.
Sumber: Ars, Moh. Nur
dkk. 1986. Sejarah Kota Samarinda.
Jakarta. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI
TRADISIONAL PROYEK INVENTARISASI DAN DOKUMENTASI SEJARAH NASIONAL
Comments
Post a Comment