Usaha Bangsa Eropa Menghalangi Perkembangan Islam di Nusantara
Selain Aceh dan Malaka yang menjadi pusat kekuatan Muslim di
Nusantara, Jawa juga berhasil menjelma sebagai Kerajaan Islam yang dominan. Hal
ini terjadi setelah runtuhnya Majapahit dan antara tahun 1513 dan 1528,
melahirkan Kerajaan Banten di wilayah barat dan Mataram di tengah dan timur
Jawa. Pada masa kepemimpinan Sultan Agung (1613-1645) dan Sultan Mangkurat,
Mataram melakukan reduksi peran para raja lokal yang menyokong kebesaran
Mataram.
Alhasil dalam perkembangannya Mataram menjadi sebuah
imperium yang menguasai wilayah Jawa. Pada abad ke-15 M, Bangsa Eropa mulai
mengenal Nusantara. Ketika itu Bangsa Eropa melihat wilayah Jawa dipenuhi oleh
orang-orang Muslim pribumi juga pendatang.
Lalu Bangsa Eropa memilah langkah-langkah apa yang akan
dilakukan untuk membendung perkembangan Islam di Nusantara. Salah satu
langkahnya ialah berkoalisi dengan kerajaan-kerajaan yang masih berpegang pada
ajaran Hindu atau Buddha. Hal ini dilakukan oleh Portugis yang bekerjasama
dengan Sunda Padjadjaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa.
Namun pangkalan tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama berhasil
ditaklukkan oleh Fathahillah.
Dalam perkembangannya, setelah Portugis, Belanda mulai
melancarkan aksi untuk mencaplok kawasan Bandar. Belanda sejalan dengan
Portugis yang sama-sama menjalankan prinsip politik anti Islam. Ada suatu
ketika Belanda pernah menghalangi kapal yang membawa muslim Nusantara yang
ingin berhaji.
Sejak tahun 1598 hingga 1600, kapal Belanda berturut-turut
singgah di Nusantara untuk berdagang hingga lahirlah VOC. Lahirnya VOC dengan
segala sistem yang ada membuatnya berhasil memonopoli perdagangan. Terhitung
VOC dapat merebut Ambon tahun1605, Batavia pada tahun 1615, dan Banda
tahun1621. Dan pada tahun 1641 VOC dengan bantuan Aceh dan Johor di Malaka
dapat menyingkirkan Portugis.
Kerjasama VOC dengan Muslim dalam perebutan Malaka tidak
membuat VOC berkooperatif dengan Muslim di Nusantara. Belanda tetap melarang
calon haji yang ingin menumpang di kapal mereka. Mereka terkadang bahkan
melarang kedatangan jamaah dari Makkah yang berlabuh di Batavia.
Untuk membendung jamaah haji itu semua, VOC juga membuat
permintaan izin yang dipersulit atas dasar keamanan. Sehingga banyak jamaah
haji yang berangkat lewat Singapura yang ketika itu dalam kekuasaan Inggris.
Inggris akhirnya mengambil alih kekuasaan Nusantara pada
tahun 1811 sampai 1816. Raffles yang menjadi Gubernur Jenderal juga
memperhatikan sangat jeli masalah haji. Raffles memandang para haji dan ulama
yang pulang dari Makkah sebagai batu sandungan karena mempunyai pengaruh
politik yang besar. Seperti diketahui kedepannya banyak para ulama yang
membakar semangat pejuang dalam mengusir penjajah.
Sumber: Republika
Sumber: Republika
Comments
Post a Comment