Bani Israel Terpecah dan Terpilihnya Thalut
Nasib Bani Israel kian terpuruk ketika mereka ingkar kepada
agama yang dibawa Nabi Musa a.s. Saat itu, mereka mengkeramatkan bahkan
menuhankan kekuatan benda yang bernama Tabut. Bani Israel yang awalnya
mempunyai kekuatan hebat dari segala kondisi mendadak berubah menjadi bukan
apa-apa pascameninggalnya Nabi Musa a.s.
Dalam situasi lemah tersebut, Bani Israel akhirnya dapat
dikalahkan dan terusir dari kampung halamannya oleh bangsa Palestina. Selain
itu, Tabut yang mereka agung-agungkan setiap hari diambil alih kepemilikannya.
Bangsa Palestina akhirnya menguasai tanah Bani Israel selama beberapa dekade.
Situasi berkembang kemudian membuat bangsa Israel semakin
melarat karena penajajahan. Harta benda dan kerabat mereka hilang seiring
penajajahan yang terjadi. Kondisi ini terjadi selama bertahun-tahun karena
tidak adanya keberanian dari Bani Israel untuk melakukan perlawanan terhadap
penajajah.
Akhirnya, datanglah utusan Allah yang bernama Samuel. Dengan
sedikit demi sedikit Samuel mulai menata masyarakat ke arah yang lebih
bertujuan dan kemakmuran. Keadaan Bani Israel yang bercerai-berai lambat laun
dapat dipersatukan. Sehingga terjadi sebuah perkumpulan politik domestik yang
bertujuan untuk keluar dari masa penajajahan ini.
Dari sini mulai ada rasa perlawanan untuk mengusir bangsa
Palestina yang telah merebut tanah mereka. Tapi, tidak adanya pengkaderan
membuat perlawanan sedikit tersendat karena tidak adanya sosok yang memimpin
mereka untuk melakukan perlawanan.
Samuel yang merupakan orang bijak sekaligus utusan Allah SWT
tahu betul kelemahan Bani Israel ini. Mereka memiliki kelemahan berupa tidak
adanya kemauan untuk berjuang dan bangkit dari rasa kelemahan yang mendera
mereka. Selain itu, Bani Israel juga tidak memiliki rasa takut terhadap pemimpinnya
yang menjadi komando segala perintah. Samuel pun berusaha memberi nasehat
kepada mereka, "Kelemahan dari
kalian adalah tidak mau berjuang menghadapi peperangan jika dipanggil untuk
berperang,"
Mendengar penjelasan ini, lantas saja Bani Israel menyanggahnya.
Mereka bergumam jika saja ada pemimpin yang memimpin mereka untuk melakukan
perlawanan pasti mereka akan ikut melakukan perlawanan karena sudah tidak tahan
lagi hidup sengsara berpisah dari keluarga dan tanah air. "Jika ada yang mau memimpin kami dalam perjuangan, kami siap
melawan."
Meski melihat semangat yang membara dari Bani Israel untuk
melakukan perlawanan, Samuel tidak langsung buru-buru untuk memilih pemimpin
bagi mereka. Samuel menunggu perintah dari Allah SWT atau wahyu untuk memutuskannya.
Sampai akhirnya, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Samuel yang mengatakan agar
memilih Thalut sebagai pemimpin dan jenderal di antara mereka.
Thalut yang dipilih sebagai pemimpin mereka merupakan anak
dari desa yang masih masuk ke dalam kelompok Bani Israel. Ia termasuk orang
yang melarat. Tugas sehari-harinya ialah mengembala kambing sehingga jarang
orang mengenalnya. Begitu pun dengan Samuel yang kaget atas terpilih Thalut
sebagai pemimpin Bani Israel. Tapi di luar semua pandangan rendah tersebut, Thalut
merupakan orang yang berbadan kuat, sehat, perawakan tinggi, gagah, sorot mata
yang tajam serta pikiran. Ia juga dibekali oleh pengetahuan yang luas dan
kebersihan hati yang suci serta budi pekerti yang agung.
Sumber: Republika
Comments
Post a Comment