Kesultanan Malaka, Penguasa Selat Malaka





Kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan yang didirikan oleh Parameswara yang mencapai puncak keemasan pada abad ke-15. Pada masa itu, jalur pelayaran Selat Malaka berhasil dikuasai Kesultanan Malaka sebagai modal dalam perdagangan antarbangsa.

Ketika Sultan Mudzaffar Syah berkuasa, Malaka melakukan sebuah ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai Sumatera. Ekspansi ini dimulai dengan menyerang Aru yang disebut-sebut kerajaan yang tidak menjadi Muslim dengan baik. Ketika Malaka dilengkapi dengan armada lau yang sangat kuat serta ditambah dengan adanya orang laut di sekitar pesisir timur Pulau Sumatera sampai ke Laut Cina Selatan. Tugas dari orang laut ini ialah menjaga dan menjamin keselamatan kapal-kapal yang telah membayar cukai di Malaka. Selain itu mereka juga menjalankan fungsi untuk mengarahkan setiap kapal untuk dapat singgah di Malaka.

Pada masa pemerintahan selanjutnya Malaka berhasil menaklukkan Kedah dan Pahang di bawah kepemimpinan Sultan Mansur Syah. Wilayah Kampar dan Siak juga berhasil direbut oleh Malaka. Sementara untuk wilayah Inderagiri dan Jambi juga berada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka setelah Batara Majapahit memberikan wilayah tersebut.

Jalur Selat Malaka memegang peranan penting bagi perdagangan ketika itu yang dikuasai Kesultanan Malaka. Oleh karena itu, Malaka menjadi pusat perdagangan dari hasil bumi seperti emas, lada, timah, dan kapur.

Malaka menjalin hubungan baik dengan Dinasti Ming. Hal ini setidaknya terjadi sampai tahun 1435. Armada laut dari Dinasti Ming berperan dalam pengamanan Selat Malaka yang sering diganggu olh perompak maupun bajak laut. Dinasti Ming mempunyai peranan penting menjaga jalur tersebut sehingga Malaka menjadi penguasa di pesisir barat Semenanjung Malaya. Namun, dalam perkembangannya, Dinasti Ming mengubah kebijakan luar negerinya sehingga wilayah “Ujung Tanah” ini terus diklaim oleh Siam sebagai wilayah kedaulatan mereka sampai jatuh ke tangan Portugis. Setelah takluknya Malaka, wilayah seperti Perlis, Kelantan, Trengganu, dan Kedah kemudian diambil alih oleh Siam.

Dalam Sulalatus Salatin disebutkan bahwa Malaka juga memiliki kedekatan dengan Pasai. Hal ini terlihat dengan adanya pernikahan antara putri Sultan Pasai dengan Sultan Malaka. Sultan Malaka juga berperan dalam meredam pemberontakan yang terjadi di Pasai.

Juru tulis Laksamana Cheng Ho, yaitu Ma Huan adanya kemiripan adat istiadat antara Malaka dan Pasai yang menjadi komunitas Muslim di Selat Malaka. Selain itu, Malaka pada masa Sultan Mansur Syah membina hubungan baik dengan Majapahit. Lalu terjadi pernikahan antara putri Raja Majapahit dengan Sultan Malaka. Setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis beberapa kali pasukan dari Jawa (Demak) mencoba kembali merebut Malaka.

Sumber: Wikipedia

Comments

Popular posts from this blog

Syekh Nawawi Al-Bantani yang Berjuluk Sayyidul Ulama Al-Hijaz

Konfrontasi Politik dalam Pembebasan Irian Barat

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai