Guru Kasyful Anwar, Hadratussyaikh Bagi Ulama Banjar



Jika di Jombang kita mengenal KH. Hasyim Asy’ari sebagai Hadratussyaikh bagi para ulama di Jawa dengan mendirikan Pesantren Tebuireng maka di Martapura gelar Hadratussyaikh dinisbatkan kepada Guru Kasyful Anwar yang berhasil mencetak para ulama lewat Pondok Pesantren Darussalam.

Guru Kasyful Anwar lahir di Kampung Melayu, Martapura pada 4 Rajab 1304 Hijriah. Dalam masa kecilnya beliau mendapatkan pendidikan langsung dari ayah beliau, al-Allamah Haji Ismail. Selain itu, Guru Kasyful Anwar juga berguru kepada zuriat Datu Kelampayan atau Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Diantara guru beliau adalah Al-Alim Al-Allamah Syekh Ismail bin Ibrahim bin Muhammad Sholeh bin Mufti Syekh Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Al Alim Al Allamah Syekh Abdullah Khatib bin Muhammad Sholeh bin Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Ketika usia beliau menginjak 9 tahun, Guru Kasyful Anwar bersama kedua orang tua, nenek, dan kakeknya pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Tiba di Mekkah selain berhaji Guru Kasyful Anwar memanfaatkan kesempatan untuk berguru dengan para ulama Mekkah.

Mula-mula beliau mempertajam bahasa Arab dengan berguru kepada ulama Banjar Al-Alim Al-Allamah Syekh Muhamamd Amin bin Qadhi Haji Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang sudah lama tinggal di Mekkah. Seusai menamatkan mata pelajaran bahasa Arab, Guru Kasyful Anwar mulai melanglang buana berguru kepada ulama Mekkah. Diantara guru-guru beliau di Kota Mekkah ialah:
1.       Sayyid Ahmad bin Sayyid Abu Bakar Syatha, anak dari pengarang kitab I’anah Al Thalibin;
2.       Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas penulis kitab Tadzkirunnas;
3.       Syekh Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki yang bergelar Sibawaihi pada zamannya, sangat alim dan memiliki berbagai keahlian bidang ilmu;
4.       Syekh Umar Hamdan Al-Mahrusi;
5.       Syekh Umar Ba Junaid Mufti Syafi’iyah;
6.       Syekh Sa’id bin Muhammad Al Yamani;
7.       Syekh Muhammad Sholeh bin Muhammad Ba Fadhal;
8.       Syekh Muhammad Ahyad Al Bughuri;
9.       Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi.

Khusus di bidang hadits Guru Kasyful Anwar mempelajari secara langsung 40 hadits musalsal yang disusun Syekh Mukhtar Atthatih kepada Syekh M. Ahyad al-Bughuri. Dari sini beliau juga mendapatkan praktik langsung tentang memakai sorban, libasul hirqah as-shufiah, dzikir, mushafahah, musyabaqah, munawalatussubhah, beserta ilmu lainnya yang ada di kitab tersebut.

Guru Kasyful Anwar juga mendapat ijazah Dalailul Khairat dan Burdatul Madih Al Mubarakah dengan sanad mutthasil kepada penyusun kedua kitab tersebut. Beliau menghabiskan waktu samapai tahun 1330 Hijriah untuk menuntut ilmu ke Mekkah.

Bekal ilmu dari Mekkah ini beliau manfaatkan ketika memimpin Pondok Pesantren Darussalam antara tahun 1922 sampai dengan 1940. Sistem pendidikan Pesantren Darussalam beliau perbarui dengan mengubah sistem halaqah menjadi model klasikal/madrasah yang berjenjang. Pemugaran bangunan fisik Pesantren Darussalam juga dilakukan pada masa kepemimpinan Guru Kasyful Anwar.

Dari Pesantren Darussalam inilah lahir para guru (ulama) yang menjadi mercusuar ilmu di Kalimantan Selatan khususnya Martapura berkat didikan Hadratussyaikh Kasyful Anwar. Diantara murid-murid beliau yang menjadi ulama besar Martapura ialah Guru Sya’rani Arif seorang muhadits, Guru Husin Qadri, Guru Ahmad Marzuki, Guru M. Samman bin Abdul Qadir, Guru Abdul Qadir Hasan, Guru Husien bin Ali, Guru Salman Yusuf, Guru Bangil (KH. Syarwani Abdan), Guru Samman Mulya (Paman Guru Sekumpul), dan Guru Salim Ma’ruf.

Selain sebagai pengajar Guru Kasyful Anwar juga berdagang dan bertani. Dari hasil pendapatan tersebut Guru Kasyful Anwar bisa dibilang hidup berkecukupan. Oleh karena itu tidak jarang gaji para guru di Pesantren Darussalam beliau sendiri yang membayarnya.

Diantara murid Hadratussyaikh Kasyful Anwar ini merupakan guru dari ulama kharismatik Martapura yaitu, Syekh Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul). Sebut saja Guru Sya’rani Arif, Guru Bangil, dan Guru Seman Mulya yang membimbing Guru Sekumpul ketika masih muda.


Guru Sekumpul bahkan pernah berkata mengenai keilmuan yang dimiliki oleh Hadratussyaikh Kasyful Anwar ini. Guru Sekumpul pernah berucap bahwa seluruh fan ilmu agama sudah dikuasai oleh Hadratussyaikh Kasyful Anwar, bahkan Lauhul Mahfuz tembus di mata beliau atas izin Allah. Oleh karena itu Hadratussyaikh Kasyful Anwar merupakan salah satu diantara ulama yang hanya ada dalam periode 100 tahun sekali.

Sumber:   nu.or.id   I   www.pp-darussalam.com

Comments

Popular posts from this blog

Datu Abdussamad, Ulama dari Tanah Bakumpai

Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Jepang

Mimpi Osman Ghazi akan Konstantinopel